Senin, 05 Agustus 2013

Mengapa Diet Yo-Yo Terjadi? Ini Alasannya

Mengapa Diet Yo-Yo Terjadi? Ini Alasannya
Mengapa Diet Yo-Yo Terjadi? Ini Alasannya
Orang yang kerap melakukan diet yo-yo (naik dan turun berat badan dengan cepat) lebih mudah mengalami penambahan berat badan, pasalnya hal itu mengubah cara otak merespon terhadap stres, demikian menurut studi terbaru.

Para peneliti di University of Pennsylvania yang dipimpin oleh Tracy Bale mengkaji perilaku dan kadar hormon pada tikus yang dibatasi dietnya. Dari percobaan ini didapati bahwa tikus yang stres dengan sejarah diet lebih banyak mengonsumsi makanan berkadar lemak tinggi dibandingkan tikus stres yang tidak pernah berdiet sebelumnya.

Setelah tiga minggu dengan diet rendah kalori, tikus pada percobaan tersebut kehilangan 10-15% berat badannya, serupa dengan penurunan berat badan yang bisa terjadi pada manusia, demikian kata studi yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience.

Bale dan koleganya menemukan bahwa tikus tersebut mengalami kenaikan kadar hormon stres kortikosteron, dan dalam tes di mana mereka digantung pada ekornya, mereka menghabiskan lebih banyak waktu di sana, tidak bergerak dibandingkan tokus kontrol. Para peneliti menekankan perilaku tersebut mirip dengan ‘depresi’.
Wanita Diet
Wanita Diet

Para peneliti juga menemukan bahwa sejumlah gen yang memainkan peranan penting dalam mengatur stres dan pola makan telah mengalami perubahan pada tikus yang berdiet.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengalaman bisa mengubah bentuk dan struktur DNA, di mana efek ini dikenal sebagai epigenetik. Bahkan setelah tikus itu diizinkan untuk makan dan kembali ke berat badan normalnya, perubahan epigenetik itu masih ada.

Saat peneliti menempatkan binatang pengerat itu pada situasi yang sangat menekan dan memonitor berapa banyak makanan berlemak yang merekamakan, para peneliti menemukan bahwa tikus yang pernah berdiet memakan lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol, yang tidak mengalami penurunan berat badan sebelumnya.

Temuan ini menggambarkan bagaimana seiris pizza sangat menarik setelah seharian bekerja yang melelahkan, dan juga membantu menjelaskan mengapa sebagian orang yang ingin menurunkan berat badan bisa terjebak pada pola diet ‘yo-yo’, di mana mereka berhasil menurunkan berat badan, kemudian naik lagi lebih dari berat badan sebelum turun.

"Temuan ini menegaskan bahwa diet tidak hanya meningkatkan stres, membuat diet yang sukses terasa sulit dicapai, namun diet sesungguhnya ‘memprogram ulang’ bagaimana otak merespon stres di masa datang dan menggerakkan emosi terhadap makanan,” kata Bale seperti dilansir Reuters.

Jeffrey Zigman, seorang endokrinolog, diabetes dan metabolisme di University of Texas Southwestern Medical Center, mengatakan tikus pada studi tersebut mengalami kondisi yang menyerupai stres yang kerap dialami orang-orang.

Diet Yoyo
Diet Yoyo
"Studi ini menekankan sulitnya jalan bagi manusia untuk berdiet menurunkan berat badan, mempertahankan dan menjaga tujuan penurunan berat badan mereka,” kata Zigman, yang tidak terlibat dalam studi tersebut. "Hal itu juga menekankan bahwa manajemen stres selama berdiet merupakan kunci untuk mencapai tujuan.” (Go4HealthyLife.com)
Previous Post
Next Post

0 komentar: