Rabu, 04 Desember 2013

Stop AIDS, Perempuan Juga Bisa

Stop AIDS, Perempuan Juga Bisa
Stop AIDS, Perempuan Juga Bisa
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS telah dilakukan sejak lama. Kementerian Kesehatan RI dalam 5 tahun terakhir mencatat laporan terjadi peningkatan dalam penyebaran HIV dan AIDS.

Pada tahun 2005 tercatat 5.321 orang terinfeksi HIV dan AIDS sementara pada bulan September 2010 tercatat 22.726 orang dengan AIDS. Dilihat dari proporsi usia, kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur paling produktif 20-29 tahun, disusul dengan kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 40-49 tahun. 

Sementara dilihat dari wilayahnya, kasus AIDS terbanyak dilaporkan berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Riau. Jika dilihat dari risiko penularan adalah melalui hubungan heteroseksual, penggunaan narkotika, hubungan seksual lelaki dengan lelaki, serta perinatal.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH mengungkapkan prjuangan melawan HIV dan AIDS masih panjang.

"Kita harus bersama-sama bergandengan tangan untuk memperjuangkan akses menuju hidup yang sehat dan berkualitas. Ini juga menjadi salah satu perwujudan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) ke-6 yaitu memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lain, salah satunya dengan memberikan akses layanan informasi dan dukungan bagi siapapun yang membutuhkan,” ujarnya dalam acara Pekan Kondom Nasional di Jakarta, baru-baru ini.

Nafsiah mengungkapkan hal itu tidak mudah dilakukan. "Target MDG ini yang diatur dalam Inpres 3 Tahun 2010 akan sulit terpenuhi di tahun 2015 bila tidak terdapat langkah yang nyata untuk mencapainya secara serius. Hal ini yang sesungguhnya menjadi tantangan bagi kita semua. Dalam hal ini, KPAN berkomitmen untuk terus melakukan upaya penanggulangan AIDS yang intensif dan terkoordinasi, serta melakukan kerjasama dengan semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta dan masyarakat,” ujarnya.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat, Dr. Sugiri Syarief membenarkan pernyataan tersebut.

”Penularan HIV saat ini sudah tidak bisa lagi dilihat sebagai risiko pemakai narkoba dan pekerja seks komersial. Semua orang memiliki risiko untuk terinfeksi HIV. Bisa menular dari ibu kepada bayi yang dilahirkan atau disusuinya, dari suami ke istri atau sebaliknya. Risiko semakin besar bila salah satu anggota keluarga berisiko tinggi karena menggunakan jarum suntik atau tidak setia pada pasangan. Adanya anggota keluarga yang mengidap HIV dan AIDS dapat mempengaruhi kualitas kehidupan keluarga tersebut. Untuk itu diperlukan tata laksana yang komprehensif agar mereka dapat tetap hidup berkualitas,” ujar Sugiri.
Stop AIDS
Stop AIDS
Country Manager Indonesian Business Coalition on AIDS, Evodia Iswandi, juga menegaskan AIDS adalah urusan kita semua, tanpa kecuali. Dan pencegahan adalah cara yang paling efektif untuk melawan epidemi AIDS, dan kita semua bisa melakukan itu.

"Dalam hal ini termasuk keterlibatan dan tanggung jawab sektor swasta dan dunia usaha. Kesadaran dan kepedulian terhadap HIV dan AIDS di lingkungan kerja diharapkan dapat menjadi bola salju guna meningkatkan kesadaran masyarakat yang lebih luas,” tutur Evodia.

Nancy Fee, UNAIDS Country Coordinator Indonesia menambahkan bahwa Pekan Kondom Nasional bukanlah rangkaian pesta hura-hura, namun sebuah komitmen serius dari berbagai pihak yang peduli mengedukasi masyarakat tentang informasi yang benar dan terkini mengenai HIV dan AIDS.

"Kami semua berjuang bersama-sama untuk menyentuh sebanyak-banyaknya masyarakat dengan informasi yang benar, dengan berbagai cara yang paling tepat untuk mereka,” kata Nancy.

HIV dan AIDS dapat menjadi ancaman nyata terhadap bangsa Indonesia. Salah satu konsekuensi  dari epidemi ganda HIV dan AIDS adalah meningkatnya jumlah bayi dan anak yang terinfeksi dan meninggal sekaligus menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal karena HIV dan AIDS. Bisa dibayangkan apa yang terjadi 10-20 tahun mendatang bila kita tidak menekan laju penyebaran HIV dan AIDS mulai dari sekarang.

Melihat fakta tersebut, Yayasan DKT Indonesia yang merupakan organisasi pemasaran sosial untuk pencegahan HIV dan AIDS dan penyelenggaraan keluarga berencana sangat prihatin dan bertekad untuk terus melanjutkan komitmennya dalam perang melawan HIV dan AIDS melalui Pekan Kondom Nasional.

Todd Callahan, Country Director DKT Indonesia menjelaskan, ”Tujuan dari Pekan Kondom Nasional adalah untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat kondom yang dapat melindungi masyarakat. Kondom dan penggunaannya adalah kebaikan sosial (social good) yang seharusnya tidak jadi stigma.”

Didukung oleh BKKBN, KPAN, IBCA dan UNAIDS, Pekan Kondom Nasional 2010 ini akan dirayakan di Jakarta, Surabaya dan daerah lainnya mulai 1-5 Desember 2010. 

Peluncuran Kondom Khusus Wanita


DKT Indonesia menyadari bahwa menanggulangi AIDS merupakan perjuangan yang tidak ada habisnya. Untuk itu, perusahaan kondom ini tidak berhenti melakukan berbagai inovasi, salah satu inovasi DKT Indonesia yang terbaru adalah kondom Fiesta All Night dan kondom Sutra KW yang mengandung lateks alami yang sangat elastis dan 100% lulus uji elektronis.
Penyakit AIDS
Penyakit AIDS
Peluncuran kondom Sutra KW bagi wanita ini merupakan perwujudan nyata dari program ‘Pilihan Wanita, Karena Wanita Peduli’.

"Poin utama untuk peluncuran produk adalah memberikan banyak pilihan bagi wanita, khususnya jika pria menolak menggunakan kondom. Setiap wanita berhak melindungi diri,” ujar Callahan. 

Rangkaian kegiatan lain adalah dilakukan penandatanganan komitmen DKT Indonesia serta penyerahan Piagam Kondom kepada Komisi Penanggulangan AIDS, sebagai wujud komitmen dalam membantu menekan penyebaran IMS, termasuk HIV dan AIDS.
Previous Post
Next Post

0 komentar: